PERBEDAAN PENGUKURAN,
PENILAIAN DAN EVALUASI
Pengukuran adalah membandingkan
hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah
kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau
membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian
bersifat kualitatif.
Penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.
Evaluasi Menurut
Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut
dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama
lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
Agar lebih jelas perbedaannya maka
perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing
- Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
- Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
- Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Penilaian
(Assessment)
Banyak orang mencampur adukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran
(measurement), penilaian (assessment), padahal ketiganya memiliki pengertian
yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi
berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin
Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa : educational evaluation is
the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for
judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat
melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan
pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi
terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu,
atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik
telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran
adalah penentuan besaran, dimensi,
atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya
terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas
untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam
kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan
proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil
belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat
mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif.
Aplikasi Terhadap Proses Belajar
Mengajar
Hasil belajar peserta didik dapat
diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:
(1) domain kognitif (pengetahuan atau
yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika -matematika) ,
(2)
domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan
kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain
psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Pengajar harus mengetahui
sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah
diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang
dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan
nilai.
Sejauh mana masing-masing
domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan
kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan
bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif
memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan
intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat
besar yaitu 80 %. Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial
dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor memberikan
sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses
belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain
kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran,
yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang
terutama direfleksikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani,
keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan. Demikian pula, hal ini
terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam mata-mata
pelajaran agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan
proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan
kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta
bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak
hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk
perubahan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma
lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung
hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian
rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan
psikomotorik kerapkali diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak
hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi
mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral,
perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian
individu lainnya. Demikian pula, penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian
produk, tetapi juga mempertimbangkan segi proses.
MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variable. Dalam melakukan analisis statistik, perbedaan jenis data
sangat berpengaruh terhadap pemilihan model atau alat uji statistik. Tidak sembarangan jenis data
dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Macam-macam skala pengukuran dapat
berupa skala nominal, ordinal, interval dan ratio.
Skala Nominal .
Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengkategorikan, memberi nama
dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Dimana angka yang
diberikan pada obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak
menunjukkan tingkatan yang berarti.
contoh, kita dapat
menempatkan individu untuk kategori seperti laki-laki dan perempuan tergantung
pada jenis kelamin mereka, atau kecerdasan dengan kategori tinggi dan rendah
berdasarkan nilai intelijen.
.
Skala Ordina
.
Skala (ukuran) ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang
berjenjang sesuatu yang menjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya. Ukuran
ini digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi dan
sebaliknya yang berarti peneliti sudah melakukan pengukuran terhadap variable
yang diteliti. Contohnya
adalah: A lebih besar atau lebih baik dari pada B, B lebih besar dari atau
lebih baik dari daripada C, dan seterusnya. Hubungan tersebut ditunjuk oleh
simbol ‘>’ yang berarti ‘Lebih besar dari’ mengacu pada atribut tertentu.
Kita bisa melanjutkan dengan latihan sebelumnya untuk membuatnya lebih jelas.
Perlu diingat bahwa hubungan antara kedua peringkat adalah tidak bisa di
gambarkan secara rinci bahwa nilai A adalah dua kali lipat dari B atau A empat
kali lipat dari C
Skala Interval .
Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek
yang memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan
nilai absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai
nilai nol (0) absolute (tidak ada nilainya).
Contoh Interval adalah
timbangan seperti skala Fahrenheit dan IQ
. Skala Rasio
.
Merupakan tingkat
pengukuran tertinggi, dimana ukuran ini mencakup semua persyaratan pada ketiga
jenis ukuran sebelumnya, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran ini
memberikan nilai absolute pada data/objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini
mempunyai nilai nol (0) .
Contoh : penghasilan pegawai 0 (berarti pegawai itu tidak menerima uang
sedikitpun).
Sebuah bentuk skala akan mengingatkan kita
pada alat ukur termometer, penggaris, atau mungkin dipandang sebagai satu item
pengukuran, seperti dalam skala Likert. Hal ini menjadikan skala sebagai
cara untuk mengukur secara sistematis yang ditetapkan berdasarkan skor atau
nilai pada skala yang dipilih.
Meskipun sejumlah skala yang ada dapat
dibuat untuk mengukur atribut orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, semua
skala memiliki empat tipe dasar yaitu: Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio.
Skala ini sebenarnya merupakan empat
hirarki prosedur pengukuran, terendah dalam hirarki adalah skala nominal dan
yang tertinggi adalah skala pengukuran ratio. Itulah sebabnya ‘Tingkat
pengukuran’ ini telah digunakan oleh beberapa sarjana dalam pembuatan dan
penggunaan skala pengukuran.
11 komentar:
thanks ya
tysm
Matur nuwun share-ipun
Matur nuwun share-ipun
ya Allah berikan keberkahanmu pada Ilmu yang telah ku baca dan Ilmu yang telah disampaikan... Balaslah ia yang telah menyampaikan dengan kelembutan dan kasih sayang Mu..
thanks...continue
Terima kasih ilmu nya
tmksh informasi perbedaan penilaian, pengukuran dan evaluasi. terus aja menulis, sukses selalu. blog saya parhanpkn.blogspot.com
terimakasih buat tambahan ilmunya :)
terimakasih atas informasinya heheh
Barakallah
Posting Komentar