A.
Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia
Cara melaksanakan pendidikan
di Indonesia tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab
pendidikan di Indonesia yang dimaksud ialah pendidikan yang dilakukan di bumi
Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak
cara seperti melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan
tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama
di asrama-asrama, melalui mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, radio,
media cetak dan sebagainya. Bahan-bahan yang terkandung dalam media-media itu
akan terserap dan akan berintegrasi dalam jiwa para siswa/mahasiswa.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di
sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi yang
mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan
soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta
menyimpulkannya.
B. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas
pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan. Hal ini terbukti dari kualitas
guru, sarana dan prasarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya
mempunyai harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya.
Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten dan kurang profesional. Banyak orang
yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana.
Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru.
Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman
yang dalam mengenai pelajaran yang mereka
ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut,
tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru
berpengalaman yang pensiun.
Sarana dan prasarana pembelajaran juga turut
menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi
penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang
tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai
untuk hidup dan kerja mereka. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak
belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya disebabkan kurang
adanya guru dan sekolah.
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia, antara lain yaitu:
- Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
- Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.
- Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
- Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
- Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
- Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan.
- Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
- Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.
Dalam kenyataannya, langkah-langkah yang
dipaparkan oleh presiden masih belum terealisasikan dengan seutuhnya dalam
pendidikan di Indonesia.
C. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di
Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan
yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan
dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian,
pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat
rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke
lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang
jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta
didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak
mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan
masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana
mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa
pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber
daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal
tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang
tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah
yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap
orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat
mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya ingin dianggap
hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menengah misalnya,
seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti
program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah
jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan
bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan
sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya
efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas
dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan
akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik
tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika
kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya,
hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di
Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses
pendidikan, mutu pengajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang
efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia
sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia
relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak
mengambil sistem free cost education. Namun mengapa kita menganggap
pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika
penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidikan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan,
kita tidak hanya berbicara tentang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga
pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara
tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya
transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita
pilih. Di sekolah dasar negeri kita, memang sudah diberlakukan pembebasan biaya
pengajaran seeperti DANA BOS, namun yang diperlukan peserta didik bukan hanya
itu saja, melainkan kebutuhan lainnya seperti buku teks pengajaran atau buku
paduan, alat tulis, seragam dan lain sebagainya. Dan hal itu diwajibkan oleh
pendidik yang bersangkutan. Yang mengherankan lagi, ada pendidik yang
mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk
pendidik tersebut. Itu juga merupakan masalah bagi peserta didik.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di
Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dalam pendidikan formal di
sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai
dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00. Hal tersebut jelas tidak
efisien, karena memerlukan banyak waktu untuk peserta didik mengikuti proses
pendidikan formal. Selain itu, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga
pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, ekstrakuriler, dan
lain-lain. Jelas terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak
efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk
melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Masalah lain dari efisiensi pengajaran adalah
mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar juga yang menyebabkan peserta didik
kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan
tambahan yang juga membutuhkan biaya lebih. Kurangnya mutu pengajar disebabkan
oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya atau tidak pada
keahliannya. Misalnya saja, seorang pengajar yang mempunyai dasar pendidikan di
bidang matematika, namun dia mengajarkan kesenian yang sebenarnya bukan
kompetensinya. Hal tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi
pendidikan di lapangan yang sebenarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat
mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga tidak mudah dimengerti
dan tidak membuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting
dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga
sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta
didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita
menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis
kompetensi yang mengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif,
hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti
cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu
yang juga menambah biaya pendidikan. Sehingga sangat disayangkan jika terlalu
sering mengganti kurikulum yang dianggap kurang efektif lalu langsung
menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran atau
output yang diinginkan dapat dihasilkan secara maksimal dengan hanya
menggunakan masukan yang relative tetap, atau jika dengan masukan yang sekecil
mungkin dapat menghasilkan keluaran atau output yang maksimal. Konsep
efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis.
Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara
fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi
ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan
terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan
efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat
efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya.
Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang
efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan
sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan
yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan
dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan
tidak mengalami hambatan.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita
ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan
diambil.
Dunia pendidikan terus berubah seiring dengan
perubahan zaman. Kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat terus-menertus
berubah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam era
globalisasi saat ini. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki atau dipenuhi
oleh seseorang dalam suatu lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar. Dan
Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi,
demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan
standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi
untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa bahaya yang tersembunyi
yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkepung oleh standar kompetensi saja
sehingga kehilangan makna dan tujuan dari pendidikan tersebut.
Peserta didik di Indonesia terkadang hanya
memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana
agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli
bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang
diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar yang telah
ditentukan saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena
berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun
standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita
mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai
ataukah belum. Misalnya dalam kasus UAN atau Ujian Akhir Nasional yang hampir
selalu menjadi kontroversi. Penilaian sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup
baik, namun yang disayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang
menentukan lulus atau tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan yang hanya
dilaksanakan satu kali saja tanpa melihat proses yang telah dilalui oleh
peserta didik yang telah menempuh proses pendidikan selama beberapa tahun.
Selain hanya berlangsung satu kali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi
beberapa bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah
didikuti oleh peserta didik.
UAN dinilai merupakan sistem yang kurang tepat.
Tak bisa dipungkiri, sistem pendidikan di negara ini terbilang masih kacau. Hal
ini bisa dilihat dari hasil dari sistem tersebut, dimana masih belum bisa
memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Siswa yang pintar
hanya dalam semua mata pelajaranlah dan sering mendapatkan nilai tertinggilah
yang menjadi patokan apakah siswa tersebut memenuhi keriteria dari sistem
tersebut. Tentunya hal ini tidaklah adil bagi seluruh siswa. Siswa dengan
berbagai karakter dipaksa mengikuti sistem dan cara belajar yang sama. Padahal
tidak semua siswa memiliki satu jenis cara mereka dalam menyerap ilmu. Yang
selama ini kita lihat di sekolah-sekolah, guru menerangkan, murid mendengar
lalu latihan. Metode ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan terlalu kaku. Dan
yang paling fatal mudah sekali menghilangkan minat belajar pada siswa. Memang
ada beberapa karakter siswa yang bisa atau malah mudah dengan metode belajar
seperti itu, namun sekali lagi tidak sedikit pula siswa yang tidak bisa menyerap
materi pelajaran dengan metode seperti itu karena itu tadi perbedaan karakter
dan ditambah pola pendidikan berbeda yang diterapkan oleh orang tua
masing-masing siswa. Perlu diketahui bahwa metode belajar setiap manusia
berbeda-beda sesuai dengan karakter mereka, ada tipe belajar secara visual,
lingual, pendengaran, analisis, debat, individu, kelompok dan lain-lain.
Untuk itu ada baiknya sistem pendidikan yang seperti itu diubah yaitu
dengan menganalisis kebutuhan belajar serta metode belajar yang tepat bagi
siswa sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang sekolah, lalu mengelompokan siswa
ke beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan metode belajar yang dapat
diterima siswa. Dengan begitu potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa
dapat tergali lagi dengan maksimal.
Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia. Tentunya hal tersebut dapat kita ketahui jika kita
menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar
permasalahannya, kita dapat memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia
sehingga menjadi lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar